One Autumn, One Winter, One Spring, and One Summer

Waktu memang berjalan dengan cepat tanpa kita sadari; detik, menit, jam, hari, bulan, musim dan tahun berganti tanpa terkadang kita hitung perubahannya. September ini menggenapkan kehadiran diri saya di Kyoto menjadi 1 tahun. Tepat di awal Oktober 2010, saya menjejakkan kaki pertama kali di bumi sakura. Perubahan pola hidup yang nyata-nyata terjadi di sini; dari kebiasaan hidup di negeri-negeri tropis ke kebiasaan hidup di negeri empat musim, dari kebiasaan hidup di negara berkembang ke kebiasaan hidup di negara maju yang serba efisien, canggih dan cepat.

Autumn

Kali pertama menikmati musim gugur di Kyoto di bulan Oktober-Desember 2010. Daun-daun menguning hingga kemerah-merahan, lalu berguguran ke tanah perlahan-lahan seiring berakhirnya musim semi. Suhu udara berangsur-angsur menjadi mendingin. Di awal pertama kali saya datang, sebagai perbandingan, di kampung halaman suhu udara berkisar 30-32 derajat Celcius, namun di Kyoto sudah berkisar 17-20 derajat Celcius. Cukup mengagetkan badan saya yang terbiasa dengan suhu udara tropis.

Kegiatan awal saya di musim gugur pertama ini adalah mengikuti sekolah bahasa Jepang tingkat dasar di kampus, lalu menghabiskan kewajiban menempuh 4 kredit kuliah kelas, dan tentu saja merumuskan kembali topik riset doktoral saya dengan sensei. Yang tidak kalah penting adalah di musim semi ini saya harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan pola bekerja orang Jepang dan juga lingkungan sekitar.

Winter

Di penghujung bulan Desember, suhu udara sudah semakin dingin, bahkan di beberapa malam tiba-tiba turun menjadi minus. Tanda-tanda musim berganti benar-benar terlihat di hari terakhir bulan Desember menjelang pergantian tahun. Salju lebat tiba-tiba turun memutihkan Kyoto, dan saya berpesta menikmati salju pertama dalam hidup. Pohon-pohon yang meranggas kehilangan daunnya dan hanya tinggal batang-batang tertutupi oleh salju. Atap-atap rumah berwarna putih tertutup salju, dan bahkan sungai tak terlihat aliran air mengalir karena hanya ada salju. Suhu udara di Kyoto tidak lagi nikmat untuk dirasakan, dingin hingga minus, membuat badan menggigil dan kulit menjadi pecah-pecah.

Namun, di awal hingga akhir bulan Januari sensei memintaku pulang untuk melakukan preliminary research di Jogja dan Bandung untuk membuktikan bahwa hipotesa awal risetku adalah benar.  Hal ini penting untuk dilakukan karena dari fakta yang aku peroleh dari preliminary research tersebut akan menjadi acuan awal untuk pekerjaan riset doktoralku selama 3 tahun di Kyoto University.

Spring

Inilah musim yang dinanti-nanti oleh orang Jepang, ketika udara dingin menjadi semakin hangat. Bahkan terkesan sejuk di kulit dan nikmat untuk dirasakan. Banyak kegiatan outdoor di lakukan di musim ini, salah satunya adalah hanami, menikmati mekarnya bunga sakura.

Di musim semi ini pekerjaan saya adalah menganalisa hasil preliminary research untuk mendukung hipotesa proposal riset yang telah saya ajukan ke sensei. Puji syukur, hasil yang saya peroleh sesuai dengan perkiraan awal dan ada points of originalitynya, sehingga saya bisa melanjutkan proposal ini menjadi riset doktoral. Selain ini, selama musim sejuk ini saya mencoba menyelesaikan satu paper dari hasil preliminary research untuk disubmit ke jurnal internasional.

Summer

Kerinduan akan udara hangat eperti di kampung halaman terbalas sudah oleh pergantian musim semi ke musim panas. Di awal-awal musim panas, suhu udara terasa pas sekali di kulit. Namun di pertengahan musim panas, ternyata suhu udara jauh lebih panas dari di tanah air, keadaan bisa mencapai hingga 35-36 derajat Celcius. Suhu udara yang kurang bersahabat ini terjadi bertepatan dengan bulan Ramamadhan. Sungguh ujian yang berat bagi kaum muslimin.

Di musim panas ini saya mendapatkan kesempatan melancong ke Korea, untuk alasan gakai (conference), dan puji syukur menjelang akhir bulan Ramadhan saya mendapatkan rejeki untuk pulang ke tanah air dan menikmati lebaran di rumah.

Setahun telah terlewati dengan cepat, status mahasiswa saya naik menjadi D2 (doctoral student in second year) terhitung dari bulan Oktober 2011. Pekerjaan riset menjadi semakin terfokus, dan dari target menyelesaikan 3 journal paper sebagai syarat kelulusan, sudah saya coba cicil dengan menulis 2 paper. Semoga diberikan kelancaran oleh Allah dalam menyelesaikan studi formal terakhir saya ini, dan dapat menyelesaikan sekolah dengan tepat waktu dan hasil yang memuaskan, amien.

7 Responses to One Autumn, One Winter, One Spring, and One Summer

  1. de'tik berkata:

    nice, amien.. 🙂

  2. Dia berkata:

    Moga diberi kelancaran dan selesai tepat waktu… amin…:)
    gimana kabarnya dek?

  3. citra berkata:

    aamiin yaa Rabbal’alamiin..insyaAllah bisa, semangat ya 🙂

  4. anindasariyani berkata:

    subhanallah 😀
    semoga aku juga bisa ke negeri ituu :3
    hehe

  5. Necky berkata:

    semoga makin lancar semuanya pak….tetap semangat

  6. marsudiyanto berkata:

    Kabare piye Err

  7. romi advant berkata:

    amiiin..

Tinggalkan komentar